Cerita dewasa ini menggambarkan kisah seorang siswiyang
berusaha mempertahankan antara sekolah dan cinta. Diman si gadis harus
mengorbankan keperawananya kepada seorang guru yang hanya ingin menikmati gadis
tersebut yang sudah diidam-idamkan. Untuk lebih jelasnya yukk mari simakKisah
Cerita Dewasa Sex - Antara Cinta dan Sekolah.
Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi
ternama di jakarta. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya.
Saya berasal dari keluarga yang pas - pasan. Untuk hidup sehari -hari saja
susah. Di sekolaHPun saya termasuk murid yang tidak terlalu pintar. Untuk naik
kelas aja susah. Tetapi, aku bersyukur karena walaupun lemah di bidang
pelajaran dan ekonomi, tetapi aku masih dikaruniai wajah yang cantik dan body
yang aduhai. Dengan ukuran payudaraku yang 36B dan tinggi 170 cm serta berat 55
kg tak heran banyak pria yang mengejar-ngejarku. Tetapi tak satupun dari mereka
yang kuperhatikan, hanya Erick, temanku sejak SD yang bisa menarik hatiku.
Hubunganku dengan Erick pada awalnya hanya persahabatan
saja. Namun lama kelamaan berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Kami sudah
berpacaran 2 tahun ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMU. Hubungan kami pun
belum terlalu jauh. Baru sampai pada tahap Petting saja. Itupun baru 1 kali
kami lakukan. Karena kami takut kalau - kalau sampai keterusan. Erick sangat
menghargai wanita dan dia ingin agar keperawananku tetap utuh sampai kita
menikah nanti. Mungkin inilah daya tariknya yang tak dimiliki pria lain. Saya
juga semakin mencintai Erick. Ini dikuatkan oleh suatu kejadian yang terjadi
sewaktu kenaikan kelas saya ke kelas 3. Pada kesempatan ini, saya ingin membagi
pengalaman saya tersebut.
Suatu siang selepas pelajaran, saya sudah bersiap - siap
pulang bersama Erick yang sudah menungguku di tempat parkir dengan Escudonya.
Saya dengan Erick memang tidak sekelas. Dia dimasukkan ke kelas unggulan karena
memang otaknya yang encer. Namun tiba - tiba, saya dikejutkan oleh suara Pak
Yudhi yang memanggilku. Pak Yudhi adalah guru Matematikaku. Dia termasuk guru
yang muda dan tampan yang ada di sekolahku. Dia baru berusia 25 tahun. Hanya
berselisih 8 tahun denganku pada saat itu. Selain itu ia juga pintar dalam
menarik perhatian murid - muridnya dalam menerangkan pelajaran. Itu sebabnya ia
termasuk salah satu guru favorit di sekolah ini. Hubunganku dengan Pak Yudhipun
sudah cukup dekat. Sebab memang dia itu guru yang asik buat dijadikan teman dan
juga guru.
"Ada apa, Pak?" sahutku
"San, Apa kamu tahu kalau nilai matematikamu
jelek?" tanyanya
"Iya pak." jawabku singkat
"Apa kamu gak takut gak naik kelas?" tanyanya
dengan mimik heran
"Takut sih, Pak. Tapi mau gimana lagi. Kemampuan saya
kan pas - pasan" jawabku dengan cueknya
"Kamu kan bisa belajar yang baik." Sarannya.
"Saya sih sudah mencoba pak. Tapi tetap saja. Apa bapak
bisa membantu agar nilai matematika saya mencukupi agar naik kelas?"
Kataku sambil teringat kondisi kedua orangtuaku di rumah yang untuk hidup saja
pas - pasan, apalagi mau menanggung biaya sekolahku yang harus bertambah 1
tahun lagi gara-gara gak naik kelas.
"Bisa aja sih, Tapi ada syaratnya." Katanya sambil
memandang nakal padaku
"Apa itu pak? Kalau bisa pasti saya penuhi."
Jawabku dengan antusias
"Kalau kamu mau, kamu datang saja hari minggu nanti ke
rumah saya. Ada yang mau saya sampaikan mengenai kenaikan kelasmu."
Katanya serius.
"Kenapa harus ke rumah Bapak? Kenapa tidak di sekolah
saja?" Tanyaku heran
"Ya gak apa - apa sih. Cuma kalau di sekolahkan
ngomongnya tidak leluasa. Emangnya kamu takut sama Bapak ya? Kamu kan sudah
kenal cukup dekat sama bapak." Katanya sambil tersenyum.
"Bukannya takut, Pak. Tapi bingung aja." kataku.
"Ya udah. Tapi kamu mau kan?" Tanyanya penuh
harap.
"Ya udah deh pak." Jawabku
Sayapun segera beranjak pergi menuju tempat parkir. Waduh
Erick pasti kesel nih nunggu lama. Sayapun langsung menghampiri Erick yang udah
nunggu dari tadi di mobil.
"Hai, San.. Kok lama?" Sapa Erick
"Iya nih, Rick. Tadi dipanggil dulu ama Pak
Yudhi." Jawabku
"Pak Yudhi? Pak Yudhi yang guru Matematika itu?"
Tanyanya heran.
"Iya, rick. katanya nilai matematika gue jeblok nih.
Gue terancam gak naik kelas." Keluhku.
"Waduh, San. Kalau lu gak naik kelas, lu jadi adik
kelas gua dong." Goda Erick.
"Ye.. Jangan harap ya! Tapi gua kasihan nih ama
keluarga gua kalau gua ampe gak naik kelas." Kataku tak mau kalah.
"Udah gak usah sedih. Kan masih ada Erick di sini yang
siap membantu. Lu kapan ada waktu? Biar gua ke rumah lu buat ngajarin lu."
Katanya dengan bangga
"Bener nih, Rick? Hm.. Kapan yah? Kalo hari Sabtu sore
bisa gak?" Tanyaku penuh harap.
"Kok Sabtu? Napa gak Minggu aja? Kan lebih asik."
dengan bingung dia bertanya.
"Ya gak apa apa sih. Cuma kan Minggu tuh waktu buat
santai." Kataku untuk menyembunyikan rencanaku untuk bertemu Pak Yudhi.
Aku takut Erick berpikir yang macam - macam.
"Ye nih anak.. Mau naik kelas tapi masih pake acara
santai - santaian lagi. Ya udah deh." Katanya sambil mengacak-ngacak
rambutku.
Hari Sabtu sore Erick datang ke rumahku. Dia mengajariku
Matematika. Namun, yang kuperhatikan justru cara dia menjelaskan yang lucu.
Bukan pelajarannya. Akhirnya sampai pelajaran yang diberikan Erick selesai, tak
satupun yang nyangkut di otakku. Aku hanya pura - pura mengerti untuk
menyenangkan hatinya.
Selesai belajar, kami pergi makan malam di sebuah restoran
ternama di Jakarta. Ditemani cahaya lilin yang romantis kami berbincang -
bincang tentang berbagai hal, termasuk rencana kami untuk bertunangan selepas
SMU. Setelah makan malam selesai, Erick mengantarku pulang. Kami sempat
berciuman di mobil. Erick memang lihai dalam memainkan lidahku. Dia juga
romantis sekali orangnya.
Akhirnya, hari Minggupun tiba. Saya berangkat ke rumah Pak
Yudhi dengan naik angkot. Ketika saya sampai di alamat yang dimaksud saya agak
terkejut karena ternyata rumah Pak Yudhi cukup besar untuk ukuran seorang
bujangan. Saya mengetuk pintu.
Tok.. tok.. Tok..
"Iya sebentar" Terdengar suara pria yang kukenali
sebagai suara Pak Yudhi.
Pintupun terbuka, dan terlihatlah wajah Pak Yudhi yang
tersenyum kepadaku.
"Silahkan masuk, San. Maaf agak berantakan. Maklum
masih bujangan" katanya sambil tersenyum.
"Gak apa - apa kok, Pak. Saya sih maklum aja."
Kataku.
Sayapun masuk ke dalam rumah itu. Setelah dipersilahkan
duduk, Saya pun duduk di sofa yang berwarna biru muda itu.
"Mau minum apa, San?" Tanya Pak Yudhi.
"Ah.. Terserah bapak saja lah. Apa aja juga
boleh.." Jawabku.
"Teh saja ya.. Kan masih pagi." Katanya sambil
beranjak ke dapur untuk membuatkan teh untukku.
"Waduh.. saya jadi gak enak nih, Pak. Masa' Bapak
membuatkan teh untuk muridnya." Kataku dengan rasa tidak enak.
"Ya gak apa - apalah. Kan saya jadi guru kalau di
sekolah saja. Kalau di rumah ya saya tetap Yudhi. Jadi jangan sungkan-sungkan
ya." Katanya sambil tersenyum.
Kemudian Pak Yudhipun menyuguhkan teh untuk saya. Setelah
menghirup seteguk, Pak Yudhipun memulai pembicaraan.
"Sebenarnya saya hanya ingin mengajak kamu ngobrol,
San. Katanya kamu berhubungan dengan Erick yang anak kelas 2a itu ya?"
tanyanya.
"Iya pak. Kami sudah pacaran 2 tahun." jawabku.
"Oh.. udah lama juga dong ya. Kalau bapak boleh tahu,
hubungan kamu sudah sejauh apa sama dia?" tanyanya penasaran.
"Ehm.." Saya terdiam sejenak
"Oh ya udah gak apa-apa kok kalo gak boleh tahu. Bapak
kan cuma iseng mau nanya." katanya agak kecewa.
"Hm.. Kalau boleh tahu apa tujuan bapak memanggil saya
ke rumah Bapak?"
"Ya kamu kan udah tahu. Ini mengenai kenaikan kelasmu.
Kamu kan tahu kalau nilaimu itu pas-pasan. Terus kemarin kamu nanya Bapak apa
Bapak bisa bantu. Ya Bapak mau bicarain cara membantumu itu." katanya
sambil tersenyum.
"Oh ya udah.. Bapak punya cara apa untuk membantu saya?
Kalau uang sih saya tidak punya pak. Saya kan dari keluarga pas-pasan."
"Tidak.. saya tidak minta uang. Saya tulus kok
membantumu. San, apa kamu tahu kalau selama ini di kelas Bapak selalu
memperhatikanmu. Sebenarnya Bapak tertarik sama kamu, San."
"Hm.. Terus maksud Bapak?"
"Ya.. Walaupun ini tidak etis. Tapi maukah kamu menukar
nilai kenaikan kelasmu dengan tubuhmu itu. Bapak tidak memaksa kok. Kalau kamu
bersedia, saya berjanji akan menjamin kamu naik kelas. Kalau tidak ya gak
apa-apa."
Saya terkejut dengan pernyataan Pak Yudhi barusan. Memang
selama ini beliau selalu memperhatikan saya. Tapi saya menganggap perhatian itu
adalah perhatian yang diberikan seorang guru terhadap muridnya.
"Hm.. Bagaimana ya Pak. Tapi kenapa bapak memilih saya
bukan yang lain?" tanyaku heran.
"Karena kamu adalah orang yang bapak idam-idamkan sejak
dulu. Lagipula Bapak sering terangsang melihatmu di kelas yang kadang-kadang
tidak mengenakan bra." katanya agak sungkan.
Kata-kata Pak Yudhi barusan membuat mukaku langsung merah
seperti kepiting rebus. Memang selama ini saya kadang-kadang tidak memakai bra
ke sekolah. Ini supaya sepulang sekolah, kegiatan saya dengan Erick tidak
terhambat. Memang selama ini, kami sering melakukan ciuman-ciuman dan raba
meraba sepulang sekolah di mobilnya Erick. Tapi saya tak menyangka hal ini pun
diperhatikan Pak Yudhi.
"Hm.. " aku bingung harus berkata apa.
"Kamu tak perlu takut begitu, San. Bapak memberi
kebebasan kok buat kamu. Kalau boleh tahu, apakah kamu masih perawan,
San."
"Hm.. iya, Pak. Saya dan Erick hanya sampai pada tahap
Petting saja."
Kataku sambil terbayang kondisi keluargaku yang
memprihatinkan.
"Bagaimana, San? Apakah kamu mau?"
Kembali terbayang kondisi keluargaku jika aku tidak naik
kelas. Tapi jika aku menerima tawaran Pak yudhi, berarti aku telah mengkhianati
Erick. Aku benar-benar bingung pada saat itu.
"Hm.. Tapi apakah Bapak akan melakukan Penetrasi? Saya
masih perawan Pak.. Saya agak takut. Katanya itu sangat sakit. Lagipula saya
takut kalau saya menyakiti perasaan Erick." kataku sedih.
"Kalau kamu takut menyakiti perasaan Erick, apakah kamu
pernah berpikir kalau-kalau bisa saja Erick sudah pernah melakukannya dengan
wanita lain sehingga dia tidak mau melakukannya denganmu?" hasut Pak yudhi
Kata-kata Pak Yudhi itu ada benarnya juga. Sebab selama ini,
ketika saya sudah sangat terangsang ketika petting dan meminta Erick untuk
penetrasi, ia menolak. Apakah dia hanya Jaga image di depanku? Kembali
godaan-godaan setan berkecamuk di kepalaku.
"Lagipula kalau kamu takut sakit, tenang saja.. Bapak
tidak akan memaksa melakukan penetrasi kok. Tapi kalau kamu setuju, Bapak baru
akan melakukannya. Kamu berpikir saja dulu, saya ke dapur dulu sebentar ya.."
Pak Yudhipun beranjak ke dapur. Entah apa yang dilakukannya.
Akupun kembali sibuk berpikir. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menerima
tawaran itu dan saya akan menolak sewaktu dia akan melakukan penetrasi. Sebab
kalau sekadar petting saja, Erick pasti tidak akan curiga. Tak lama kemudian,
Pak Yudhi kembali dengan membawa 2 buah gelas dan sebotol bir.
"Bagaimana, San? Kamu sudah berpikir?" tanyanya
penuh harap.
"Ya udah deh, Pak. Saya mau. Tapi ingat jangan sampai
Erick tahu ya, Pak. Dan juga bapak harus menjamin kenaikan kelas saya."
kataku mantap.
Pak Yudhipun tersenyum. Senyumnya sangat menawan. Memang ia
sangat tampan. Bahkan boleh dikatakan lebih tampan dari Erick.
"Terima kasih, San. Saya berjanji kamu akan naik kelas.
Tunggu sebentar yah"
Pak Yudhipun beranjak ke kamar. Saya merasa tegang juga
melakukan hal yang biasa kulakukan dengan Erick kini kulakukan dengan Pak
Yudhi, guruku. Tak lama kemudian, Pak Yudhi keluar dengan mengenakan kaus tanpa
lengan dan celana panjang. Terlihat otot-ototnya yang menawan.
"Kamu tegang ya, San? Kamu tenang aja. Oh ya, kamu
jangan memanggilku dengan sebutan Pak lagi, Yudhi saja cukup." katanya
sambil duduk di sampingku
"Iya deh, Pak.. eh.. Yud" Aku masih canggung
dengan panggilannya yang baru.
"Mari diminum dulu, San.. Mungkin dengan ini kamu akan
merasa lebih baik." katanya sambil menuangkan bir untukku.
Sayapun meminum Bir yang diberikan Pak Yudhi itu. Kepalaku
terasa agak pusing. Pak Yudhi yang paham akan kondisiku itu memijat-mijat
kepalaku. Pijatannya terasa nyaman.
Tanpa sengaja tangan Pak Yudhi menyentuh buah dadaku.
Kebetulan pada waktu itu saya tidak memakai bra. Sehingga sentuhannya barusan
membuat sensasi tersendiri bagiku yang sedang mabuk. Bibir kamipun bersentuhan.
Yudhi mulai menciumiku. Dia melumat bibirku perlahan-lahan dari atas lalu ke
bawah, lalu dia mulai menyelipkan lidahnya diantara kedua bibirku. sayapun
membalas ciumannya dengan melumat kedua belahan bibirnya. Kemudian lidah kami
saling berpagut satu sama lain. Aku menjilati seluruh mulutnya dan kuhisap
lidahnya. Pandai juga guruku ini memainkan lidahku. Tak kalah hebatnya dengan
Erick.
Sementara kami berciuman, tangan Yudhi menjelajahi seluruh
permukaan tubuhku. Seluruh permukaan tubuhku tak ada yang luput dari
jamahannya. Akupun semakin bergairah diperlakukan seperti itu. Tanganku
membalas perlakuan Yudhi dengan menjelajahi dadanya yang bidang. Tanpa sengaja
tanganku menyentuh daerah bawahnya, terasa kalau ada sesuatu yang keras sedang
mengganjal di sana.
"San, bukain bajuku dong.." pinta guruku itu.
Akupun menuruti permintaannya dan membuka bajunya itu dengan
rasa agak canggung. Yudhi sepertinya memahami perasaanku. Dia kembali melumat
bibirku dan tangannya mulai meremas payudaraku yang masih terbalut pakaian
lengkap. Aku semakin terbakar gairah.
Bajukupun satu persatu ditanggalkan. Kini aku hanya memakai
celana dalam. Demikian juga dengan Yudhi. Penisnya terlihat menonjol dengan
hanya dibalut dengan celana dalam berwarna hitam. Aku semakin bernafsu
dibuatnya. Yudhi meremas-remas payudaraku dengan arah searah jarum jam.
lidahnya menjilati celah antara kedua gunungku. aku serasa terbang ke langit
ketujuh dibuatnya. Suatu perasaan yang belum pernah kudapat dari Erick. Akupun
tak mau kalah, kutarik celana dalam hitamnya sampai merosot kebawah. Terlihat
penisnya yang berukuran 17cm dengan bulu lebat. Penisnya lebih panjang sedikit
dari punyanya Erick. Tetapi punya Erick lebih besar diameternya. Lalu aku mulai
mengocok penisnya dengan tanganku. Dengan gerakan yang semakin cepat dan
semakin cepat. Tampaknya penisnya sudah berereksi penuh. Akupun semakin
bergairah melihatnya.
"San, oralin aku dong.." pintanya
Sebenarnya tanpa dimintapun, saya sudah pasti mau
melakukannya. Melihat penisnya yang besar, aku semakin bernafsu saja. Dia dalam
posisi duduk dan aku berjongkok di depannya dan mulai memasukkan penisnya ke
dalam mulutku. Mulutku sampai terasa penuh oleh penisnya. Penisnya masuk sampai
mendekati tenggorokanku. Aku mulai menjilati penisnya di dalam mulutku.
Terdengar erangan kenikmatan dari mulutnya. Sementara itu, tangannya tetap
meremas payudaraku. Remasannya menimbulkan rasa sakit. Namun nikmat yang
ditimbulkannya, lebih luar biasa. Aku memang paling suka kalau payudaraku
diremas dan dijilat.
Setelah kuoral selama lebih kurang 5 menit, penis itu tetap
perkasa. Sekarang dia membaringkan aku di sofanya. Diturunkannya celana
dalamku. Aku masih agak malu dilihatin dia yang notabene adalah guruku di
sekolah. Aku mengambil bantal untuk menutupi daerah wanitaku itu. Namun dengan
gesit ia menyingkirkan bantal itu dan menjilati vaginaku dengan posisi berlutut
di sisiku. Sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Ia dengan lihai
menggelitik daerah sekitar vaginaku. Lalu dengan lidahnya ia memainkan
klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa. Pandai sekali dia memainkan
vaginaku. Vaginaku sampai sangat basah dibuatnya. Namun dia malah senang dengan
menghisap cairan yang keluar dari vaginaku itu. Bahkan lidahnya semakin liar
bermain di vaginaku. Desahanku sudah mirip dengan teriakan. Ia tampaknya masih
belum puas mengerjaiku. Dia malah menusukkan lidahnya ke dalam vaginaku. Memang
tidak sampai terlalu dalam. Tapi kenikmatan yang kurasa sungguh luar biasa.
Diperlakukan seperti itu, aku tak bisa tinggal diam. Aku
angkat pinggulku, agar lidahnya bisa menjilati seluruh bagian vaginaku. Tak
berapa lama kemudian akupun orgasme. Aku merasakan seluruh permukaan tubuhku
tegang dibuatnya. Akupun berteriak..
"ARGH.." Inilah orgasmeku yang pertama dengan
guruku.
Setelah perasaanku tenang menikmati sisa-sisa rasa orgasme
tadi. Dia tersenyum padaku sambil berkata.
"Udah keluar ya? Kita ganti suasana yuk.. Main di kamar
aja ya.." Ajaknya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Antara setengah sadar dan tidak saya mengangguk. Diapun
segera menggendong saya ke kamarnya.
dia membaringkan saya di tempat tidurnya. Kemudian dia
menyodorkan penisnya diantara kedua belahan dadaku. Akupun meremas penisnya
dengan menggunakan vaginaku. Dia pun mendesah menahan nikmat. Dia kembali
menjilati liang vaginaku. Vaginakupun kembali basah dibuatnya. Rasanya vaginaku
ingin ditusk dan digelitik-gelitik. Dia tampaknya bisa mengerti apa yang
kurasakan.
"San, aku masukin ya..?" Mintanya dengan nada
memelas.
Aku yang sudah terbawa nafsu mengiyakan permintaannya.
Namun, ia masih mau mempermainkan saya. Ia menggesek-gesek penisnya di
sekeliling vagina saya. Saya sampai memohon padanya agar memasukkan penisnya ke
dalam vagina saya.
"Masukkin.. Cepet.. argh.." Pintaku.
Lalu, Ia mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan. Agak
sakit kurasa di sekitar vaginaku. Penisnya yang besar memasuki vaginaku yang
masih sempit karena masih perawan. Setelah dia mendesak masuk dengan sekuat
tenaga, penisnya baru masuk 1/2 bagian. Aku sudah menangis kesakitan. Teapi dia
sangat lihai. Dia melumat bibirku dan meremas payudaraku sehingga membuat
vaginaku lebih basah lagi. Dan akhirnya, penisnya masuk total ke dalam
vaginaku.
"Argh.. Sempit sekali San memekmu.." erangannya
membuatku makin bernafsu. rasa sakit tak kupedulikan lagi.
Setelah beberapa saat berada dalam vaginaku, ia mulai
menarik 1/2 penisnya kemudian memasukkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan
ini berulang-ulang. Mula-mula terasa amat sakit buatku. Namun lama-kelamaan
rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa. Gerakannya semakin
cepat dan gencar. Gerakannya aku imbangi dengan goyangan pinggulku ke kiri dan
ke kanan. Akhirnya, tak lama kemudian kamipun mencapai orgasme pada saat yang
bersamaan. Spermanya bercampur dengan darah keperawananku keluar dari vaginaku.
Setelah beberapa saat, Pak Yudhi memecah keheningan
"Terima Kasih ya San. Kamu sudah mau memberi
keperawananmu kepadaku." katanya sambil tersenyum.
Aku menyesali perbuatanku itu. Aku telah mengkhianati Erick.
Tanpa terasa air mataku mengalir keluar. Pak Yudhi mengusap air mataku dengan
tissue.
"Tenang saja, San. Jangan menangis lagi. Kamu pasti
akan naik kelas." kata Pak Yudhi menenangkanku.
Akhirnya saya memang naik kelas ke kelas 3. Sebelum saya dan
Erick bertunangan, saya menceritakan kejadian ini kepada Erick. Sebab saya
merasa bersalah padanya. Namun, Erick memang pria yang baik. Ia tetap mau
bertunangan denganku walaupun aku sudah tidak perawan lagi. Hubunganku
dengannya tetap berjalan sampai sekarang. Aku sangat menyesal telah
mengkhianatinya. Maafkan aku ya, Rick.. Aku berjanji akan tetap setia sama kamu
seumur hidupku.
Anda butuh Bandar Togel Terpecaya
ReplyDeleteYuk bergabung saja di Togel Pelangi
100% AMAN
Info lebih jelas silakan hubungi CS....
Telp : +85581569708
BBM : D8E23B5C
Line : togelpelangi
Link: http://www.togelpelangi.com/