Oral Seks
Duduk dikelas 3 SMP memberiku tekanan untuk terus
konsentrasi belajar dan harus lulus EBTA dengan baik untuk dapat meneruskan ke
SMA yang bagus. Sayangnya pengalaman pendidikan pengenalan seksku yang tiba2
banyak, membuat konsentrasi belajar menjadi buyar. Nilai2 ulangan semua mata
pelajaran turun. Aku resah, tetapi ternyata bukan hanya aku, sekolahkupun
resah. Pelajar yang biasanya nilainya lumayan kok tiba2 jeblok. Maka mulailah
aku dipanggil ke ruang kepala sekolah, yang bersama wali kelas menanyakan
permasalahanku. Lalu dipanggil ke ruang BP (Bimbingan Penyuluhan) untuk
membantuku. Aku hanya menjawab bahwa aku rindu orangtua di Bengkulu karena
sudah lebih dari dua tahun tidak bertemu.
Mereka berusah menghibur dan membangkitkan semangatku.
Mereka juga sepakat bahwa untuk mengembalikan konsentrasiku, beberapa guru dari
beberapa mata ajaran utama akan memberiku les privat selama sebulan. Setiap
pulang sekolah sampai sore aku wajib belajar privat di sekolah atau di rumah
masing2 guru. Tapi karena siang hari sekolah sepi, akhirnya aku harus ke rumah
guru. Aku jadi ingat saat harus sering belajar privat untuk lomba pelajar
teladan. Aku jadi ingat sama Diah.
Siang itu adalah jadwal privat Bahasa Indonesia, ini adalah
privat yang ketiga kalinya aku datang ke rumah Bu Lia. Biasanya Pak Endang,
suami Bu Lia yang membukakan pintu, namun kali ini Bu Lia sendiri yang membuka
pintu dan kami privat di ruang tamu. Setelah selesai biasanya Pak Endang
menemani dan kami ngobrol sebentar dan Pak Endang turut memberiku semangat.
Tapi kali ini dia tidak keluar menemuiku.
“Bapak kemana Bu? Sakit?”, tanyaku
“Tadi pagi sama temannya ada urusan ke Bandung. Katanya
urusannya sampai sore terus langsung kembali lagi, paling2 sekitar jam 7 jam 8
sampai rumah,” jawab Bu Lia
“Jar, kalau menurut ibu, hilangnya konsentrasi kamu karena
masalah cewek”, Bu Lia membuka pembahasan. Aku diam tidak menjawab.
“Ibu perhatikan dulu kamu dekat dengan Diah dan menurut ibu
cukup dekat. Ibu tahu dari wajah dan bahasa tubuh kalian,” Bu Lia coba
memancing. Aku masih diam.
“Satu lagi. Ingat waktu kamu dan teman2 sekolah membantu
mempersiapkan pernikahan ibu di rumah orang tua ibu?” tanyanya
“Iya. Kami sampai harus menginap semalaman”, jawabku
“Kamu dan anak2 laki tidur di bale di luar dekat tenda.
Disitu ibu lihat kamu berbeda”, katanya. Aku tertegun dan ingin mendengar
penjelasannya.
“Tidak seperti anak lain, kamu tidur pakai sarung dan
dibalik sarung kamu tidak pakai celana atau celana dalam”. Sebelum sempat
bertanya Bu Lia melanjutkan, “Malam itu ibu beberapa kali keluar, ibu lihat
kamu seperti bermimpi dan ibu lihat dibalik sarung penismu ngaceng. Lalu
dinihari ibu keluar lagi, dan ibu lihat lagi2 penismu ngaceng dan sarungmu
basah. Kamu mimpi basah. Jadi menurut ibu masalah kamu adalah masalah wanita”,
kata ibu menyimpulkan.
“Darimana ibu tahu, kalau aku ngaceng?” tanyaku menyelidik
“Justru ibu juga kaget, karena kelihatannya ukuran penismu
besar sehingga terlihat jelas. Kalau ibu perhatikan, kamu tidak pernah pakai
celana dalam. Ini berarti kamu sudah banyak tahu tentang seks. Kamu sudah
berhubungan badan dengan Diah? Atau seseorang?”, tanyanya. Aku menggelengkan kepala.
“Kalau begitu pengalaman seks apa yang pernah kamu rasakan”,
Bu Lia merendahkan suaranya. Dari tadi nadanya memang tidak memaksa, tetapi
mencoba menjadi seorang sahabat.
Ragu2, aku mulai menceritakan pengalamanku dengan Ceu Kokom
sampai Soraya, dan tahu seks melalui film porno. Bu Lia menghibur aku, bahwa
waktu kuliah dia juga pernah beberapa kali nonton film porno bersama geng
cewek. Tetapi pengalamannya dengan beberapa lelaki hanyalah sampai cium kening
dan pipi. Sedangkan pengalaman seks hanya dengan suaminya, dan itupun tidak
seheboh seperti di film porno.
Aku dengar memang Bu Lia adalah guru primadona, karena
memang wajahnya mirip paramita rusady dan perawakannya cukup tinggi dan
langsing. Tambah lagi ia selalu rapi, segar dan murah senyum. Banyak lelaki
yang berusaha mendekatinya dan beberapa pernah dekat dengannya walaupun
sebentar. Ia memutuskan untuk memilih Pak Endang perjaka tampan insinyur
teknik, dan menikah beberapa bulan lalu.
Bu Lia bercerita tentang adegan film porno yang pernah ditontonnya.
Ceritanya terbuka dan vulgar, membuatku risih tapi sekaligus terangsang,
sehingga tanpa bisa dicegah, penisku ngaceng. Meskipun aku sedang dalam posisi
duduk, tetapi lekuk penis ngacengku terlihat di celana.
“Coba kamu berdiri”, kata Bu Lia. Aku ragu dan malu karena
penisku ngaceng, tetapi Bu Lia membantuku berdiri.
“Kamu memang tidak pernah pakai celana dalam, jadi kalau
lagi ngaceng bisa kelihatan”, katanya. Lalu menarikku pindah dari ruang tamu ke
ruang makan. Dia duduk di kursi makan sedangkan aku berdiri disampingnya.
Lalu dia meneruskan cerita adegan di film porno. Yang
membuat aku kaget dan deg2an adalah sambil bercerita, tangannya mengusap2
celana persis dibagian penisku yang ngaceng. Aku yang tadinya bingung akhirnya
memutuskan untuk menikmati belaian tangan Bu Lia. Memejamkan mata dan sedikit
mendesah.
Saat sedang asyiik menikmati rabaan, tiba2 Bu Lia
memelorotkan celanaku dan secara reflek aku menutupi penis dengan tanganku.
Dengan lembut dan perlahan Bu Lia menyingkirkan tanganku dari penis. Sejenak
dia memperhatikan penisku dan mengukur dengan jengkalan tangannya. Lalu
membelai2 penisku.
“Hebat kamu, kecil2 tapi burungnya gede”, katanya.
Lalu dia melanjutkan cerita adegan film porno lagi, sambil
memberi contoh. Saat bercerita tentang adegan si wanita mencium penis si laki2,
Bu Lia juga menciumi penisku Lalu…diemut!. Ahh… aku kaget, berjuta rasa
berkecamuk. Ini pertama kali penisku diemut. Ibu guruku yang primadona itu
mengemut penisku. Lalu dia memasukkan penisku lebih dalam ke mulutnya.
Mengeluarkan dan memasukkan penisku kemulutnya. Berulang-ulang.
Lama juga Bu Lia menikmati penisku. Daripada berdiri, aku
merebahkan diri, dan Bu Lia tetap tak mau melepaskan penisku dari mulutnya, ia
mengemut sambil tiduran. Kulihat belahan dadanya, maka tanganku menggerayang
menyusup bh, mengelus2 susunya. Bu Lia mendekatkan susunya agar mudah
terjangkau tanganku.
Bu Lia bercerita lagi, dan semakin bernafsu memainkan
penisku. Aku menggeser badanku sehingga kepalaku lebih dekat ke bagian
pinggulnya. Kusingkap roknya, dan kuperosotkan celana dalamnya. Bu Lia membantu
membuka rok dan mencopot celana dalamnya sendiri, sambil tetap mengemut
penisku. Wow, vaginanya tebal dengan bulu jembut yang juga tebal.
Kuberanikan diri mendekatkan wajahku ke vaginanya, Bu Lia
dengan sadar membuka kakinya sehingga terlihat jelas vaginanya. Pemandangan ini
tidak kusia2kan. Tanganku segera membelai jembut dan vaginanya. Kubuka bibir
vaginanya dan inilah pertama kali aku melihat bagian dalam vagina. Ada itil dan
ada lubang.
Sesuai dengan celotehan Bu Lia tentang adegan berikutnya,
maka aku mainkan itilnya dengan jariku. Bu Lia menggelinjang. Lalu jariku
memainkan lubang vaginanya. Dengan rasa penasaran aku mencoba mengikuti jalan
cerita Bu Lia untuk menciumi vaginanya. Saat kucium, sejenak Bu Lia
menghentikan mengemut penisku. Lalu kucium lagi, kubuka bibir vaginanya dan
itilnya kujilati dengan lidahku. Ahh.. Bu Lia mendesah dan meremas kuat
penisku, lalu mengemut dan mengocok penisku dengan mulut dan tangannya. Bu Lia
berhenti bercerita dan menikmati permainan kami.
Setelah itil, kujilati juga seluruh bagian vaginanya dan
lubang vaginanya. Rasanya aneh, aku ingin meludah. Akhirnya aku hanya menciumi
bagian luar vaginanya. Cukup lama aku menikmati menciumi dan menjilati vagina.
Selanjutnya kuarahkan jariku ke lubang vaginanya. Kumasukkan jariku kedalamnya.
Bu Lia mendesah lagi. Di dalam vagina Bu Lia kurasakan ada gundukan2 kecil.
Didalamnya, jariku serasa dipijit2 oleh vaginanya. Kukeluar masukkan jariku ke
vagina, Bu Lia menggelinjang2. Terus kulakukan sampai akhirnya Bu Lia
mengejang. Kelihatannya dia sudah sampai puncak nikmat.
Adegan ini membuatku semakin terangsang. Setelah cukup lama,
kurasakan penisku mau mengeluarkan mani. Aku bernafas kencang, Bu Lia semakin
mempercepat ngocoknya. Dan akhirnya…. Aaahhh, maniku muncrat keluar. Bu Lia
tidak siap, sehingga sebagian maniku masuk ke dalam mulutnya dan sebagian
mengenai muka dan matanya.
Aku terlentang lemas dengan wajah masih mencium vagina Bu
Lia. Sementar Bu Lia juga lemas dengan kepala di pahaku dan mencium penisku
yang mulai meloyo. Tak lama kemudian ia mengambil lap untuk membersihkan mani
dan cairan vaginanya yang berceceran di lantai. Lalu dia menuntunku kekamar
mandi untuk membersihkan diri.
Aku menyiram dan membersihkan penis dan sekitar
selangkangan. Bu Lia mengambil handuk dan kemudian ikut masuk kamar mandi untuk
membersihkan. Ternyata Bu Lia malah mencopot baju dan bh nya sehingga bugil.
Wah ternyata badan Bu Lia mulus, dengan warna kulit khas orang sunda. Susunya
tidak terlalu besar, tetapi putingnya cukup panjang, mungkin hampir 1 cm. Bu
Lia berusia 22 tahun dan baru menikah dengan Pak Endang beberapa bulan lalu.
“Kalau habis seks, sebaiknya mandi”, dia menjelaskan. Aku
ikuti sarannya dan mencopot semua pakaian dan mandi bersama.
Bu Lia membantu memandikanku dan dia menyabuniku dari atas.
Agak lama dia menyabuni penisku, sambil digosok2. Katanya biar bersih, tapi
kenyataannya penisku menjadi ngaceng lagi, dan dia tersenyum. Lalu dia minta
aku menyabuninya. Aku juga menyabuni Bu Lia dari atas sampai bawah, dan sengaja
berlama2 saat menyabuni susunya. Bukan hanya menyabuni tapi meremas2 susu dan
memainkan putingnya. Bu Lia tersenym. Begitu juga saat menyabuni vaginanya, aku
memainkan itilnya. Setelah menyiramkan air untuk menghilangkan sabun, kulihat
susunya sangat menantang. Aku beranikan diri mencium dan menghisap susu.
Bergantian kiri dan kanan
Aku semakin ngaceng lagi, dan kutempelkan penis ngacengku ke
pantat dari belakang. Lalu membalikkan tubuh Bu Lia dan menempelkan penis ke
vaginanya dari depan. Kugesek2an dan kami berciuman. Permainan ini membuatku
ingin mencoba memasukkan penis ke vagina. Kupegang penisku dan kuarahkan ke
vaginanya.
“Jangan ya.. ibu belum hamil. Ibu ingin punya anak dari Pak
Endang”, katanya lembut.
“Digesek2 gini saja” katanya sambil mempercepat gerak
pinggulnya.
Kelihatannya Bu Lia menikmati gesekan penisku divaginanya,
dia mendesah2 hingga erangan panjang menandai bahwa ia telah mencapai
puncaknya. Bu Lia lemas dan merebahkan kepalanya dipundakku. Sedangkan aku
terus menggesek2an penisku. Bu Lia terduduk lemas di kamar mandi, sekalian
kurebahkan dia dan kuciumi seluruh tubuhnya. Dan kembali aku menciumi dan
memainkan vaginanya. Jilatan di vagina membuat Bu Lia terangsang kembali dan
mendesah2 memegangi kepalaku untuk dibenamkan ke selangkangannya.
“Sudah dulu ya.. terus cepat mandinya. Sebentar lagi Pak
Endang pulang”, tiba2 Bu Lia menghentikan permainan kami karena ingat suaminya
segera datang.
Tanggung penisku sudah ngaceng, aku merangkak menindih tubuh
Bu Lia, “aku mau keluar Bu”, kataku memohon, Bu Lia tersenyum mengangguk. Lalu
kogoyang2 pantatku menekan selangkangannya. Sementara tangan Bu Lia
memposisikan dan menjaga penisku agar tidak masuk ke lubang vaginanya. Cukup
lama aku bergoyang. Bu Lia yang tadinya pasrah menunggu aku keluar akhirnya
menikmati lagi. Aku mempercepat goyangan dan akhirnya maniku meledak keluar di
perutnya.
Kelihatannya Bu Lia juga akan memuncak, kedua tangannya
memegang erat pinggulkan sambil menggoyang2kan pinggulnya dan menggesek2
vaginanya ke kelaminku. Sampai akhirnya iapun mencapai puncak dan kami terkulai
lemas di kamar mandi.
“Aku.. tiga.. kali..sama..kamu..”, kata Bu Lia dengan napas
terengah2. Maksudnya tiga kali mencapai puncak.
Tanpa istirahat, Bu Lia langsung mandi. Sedangkan aku
membersihkan penisku dulu. Saat akan membersihkan, aku melihat penisku basah
diselimuti cairan, tapi bukan maniku, tapi seperti cairan vagina. Aku kaget,
apakah saat gesekan terakhir saat Bu Lia memuncak, tanpa sadar dan tanpa terasa
penisku masuk ke vaginanya. Aku memandang Bu Lia yang sedang mandi, diapun
melihatku memperhatikan penisku. Dia hanya tersenyum penuh arti dan meneruskan
mandi.
Kami selesai sebelum Pak Endang pulang. Saat pamitan aku
ucapkan terimakasih kepada Bu Lia. Diapun mengucapkan terimakasih dan berharap
kejadian ini menambah semangat dan konsentrasi belajarku.
Setelah hari itu, aku masih 4 kali lagi les privat di rumah
Bu Lia. Tetapi tidak ada kesempatan untuk mengulang menciumi vagina Bu Lia,
karena Pak Endang selalu ada di rumah. Paling2 saat tahu Pak Endang mandi atau
ke warung, kami memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk saling meraba dan
mencium vagina dan penis.
Bu Lia, guru bahasa indonesiaku memberiku pengalaman pertama
penisku diemut dan juga pengalaman pertama menciumi dan memainkan vagina.
alat sex yang kami bagikan informasi nya ini mungkin dapat membantu alat bantu sex
ReplyDelete